(btw, cover di Indonesia gak gini. Ini cover luar ajah,, saking larisnya buku INGO ini, ada banyak contoh covernya. Aku gugling, tapi gak nemu. Jadi, pake cover laen aja ya, hoho)
Judul : INGO
Penulis : Helen Dunmore
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit : Juni 2009
Negara Asal : British
Penerjemah : Rosemary Kesauly
Halaman : 308 halaman
Price : Rp 37.000,00
Aloha-loha,, masih jumpa dengan aku. Farah Freyhatsari yang hobinya baca buku melulu sampe ngelupain berbagai tugas sekolah yang seabrek. Wkwk. Oh ya Chingu,, akhir-akhir ini aku juga mulai menemukan kenyataan baru bahwa intensitasku dalam baca novel terjemahan meningkat.
Tiga bulan terakhir aja, udah lumayan banyak novel terjemahan yang aku baca. Sebelum ngobrolin isi buku pertama dari tetralogy INGO punya Helen Dunmore ini, seperti biasa—adatku kalo mau ngeresensi, aku mau cuap-cuap. Darimana sih aku sampe bisa tau novel bergenre fantasi ini?
Aku tau dari temen sekelasku, namanya "ELOK AMANDA KHARISMA PUTRI". Ceritanya waktu itu aku lagi baca “Perahu Kertas” punya Dee di kelas, kebetulan juga dia ngantri Perahu Kertas tepat setelah aku. Ehm,perlu dijelaskan sebelumnya, di kelasku, sesama pecinta novel punya adat. Yaitu saling minjam meminjami dan wajib ngantri. Nah, novel “Perahu Kertas” punya Chaca itu aku pinjem, terus dipinjem Elok setelahku. Nah, pas aku asyik baca, tiba-tiba dia nyeletuk,
“Eh, Frey, aku punya novel Fantasi lho. Tetralogi tapi, ide ceritanya menarik. Pokoknya imajinasimu bisa maen.”
“Oh ya?” aku balik nanya terus dia mulai promosi tentang INGO. Cerita dasarnya inilah itulah, dan aku tertarik aja. Kenapa enggak?
Hari berikutnya, setelah namatin “Perahu Kertas” tentu aja, dia ngebawain aku buku pertama dan kedua dari INGO. Dan aku mulai menyelam jauh ke dasar INGO. Menjelajah dan menemukan hal-hal baru disana,
Sudut pandang novelnya make sudut pandang orang pertama yang dibebankan pada cewek bernama Sapphire Trewhella. Sapphire adalah cewek yang dekat banget dengan Ayahnya. Ayahnya selalu bercerita tentang INGO, sebuah tempat indah yang penuh dengan Putri Duyung. Juga bercerita tentang Mathew Trewhella yang jatuh cinta pada Putri Duyung dan meninggalkan dunia manusia untuk hidup bahagia di laut.
Kehidupan Sapphire bener-bener tampak sempurna, dia hidup bahagia bersama kakak laki-lakinya, Conor Trewhella serta dengan Ayah-Ibunya yang walaupun agak sering bertengkar tapi tetap menyayanginya. Pokoknya keren deh, punya pondok dekat dengan pantai, pemandangan yang indah, udara yang sejuk, dan lain sebagainya. Sapphire dan Conor juga saling menyayangi.
Tapi semuanya nggak lama. Selang beberapa waktu kemudian, Ayah Sapphire dan Conor menghilang di laut dan tidak pernah kembali. Semua yakin banget-bahkan ibunya- kalo Ayah mereka sudah meninggal. Tapi Sapphire dan Conor nggak mau berhenti berharap.
Konflik dimulai sejak itu, setahun setelahnya, disaat Sapphire mulai dapat mengontrol semua yang berubah dalam hidupnya, Conor berubah aneh. Dia sering pergi ke teluk sendiri tanpa dirinya. Conor mulai bertingkah seperti Ayahnya sebelum Ayahnya menghilang.
Dan yang paling mengejutkan, Conor bertemu seorang gadis misterius di teluk itu. Rambutnya tuh panjang… cantik… dan… punya ekor anjing laut. Selintas, kayak Putri Duyung. Tapi, mereka berbeda. Sapphire baru tahu Elvira (namaya) makhluk apa saat bertemu dengan versi laki-lakinya,
Seorang cowok seumurannya bernama Faro menampakkan diri sehari setelahnya, sama kayak Elvira. Punya ekor anjing laut sebagai pengganti kaki. Faro yang menamakan dirinya dan Elvira kaum Mer, mengajak Sapphire mengenal INGO yang ternyata benar-benar nyata. Sapphire terbius pesonanya.
Tapi, apakah hilangnya Ayah Sapphire berhubungan dengan INGO? Terus… Faro yang kadang-kadang Bengal tapi bisa diandalkan itu bisa bantu Sapphire nggak?
Yang lebih penting, sebenernya Faro itu kawan apa lawan? Dan sejauh apa dia bisa dipercaya…
Belum lagi kedatangan Roger, teman Ibu Sapphire dan Conor yang kayaknya naksir gitu sama Ibunya dan pingin ngegantiin posisi Ayah mereka. Selanjutnya…
Rahasia! Baca sendiri kalo kalian pingin tahu. Hahaha. Yang jelas, bener kata Elok (temenku) kalo imajinasi kita maen banget di novel ini. INGO bener-bener terasa nyata…
Miss Helen Dunmore sendiri sangat cerdik menyampaikan emosi si pemeran utama aka si Sapphire walaupun ada satu yang kurang. Di buku pertama ini, aku bingung umur sebenernya dari Sapphire dan Conor. Sesaat Miss Dunmore menggambarkan mereka seperti anak kecil, tapi mereka jadi bisa tergambar dewasa di otakku. Harusnya sih, Miss Dunmore bilang umurnya di awal-awal. Masa aku baru tahu umur Conor 13 tahun waktu udah ditengah-tengah.
Hehehe… aku nggak tahu juga sih itu disengaja apa enggak.
Alurnya sendiri terkesan agak lambat walaupun itu bukan menjadi sisi negative dari novel ini. Justru alur yang agak lambat itu kan yang jadi khasnya novel terjemahan model Fantasi gini. Karena bisa makin menambah kekuatan ide ceritanya dengan detail-detail yang perlu.
Overall, aku cuma komentar itu aja sih. Aku juga jadi berasa lihat film fantasi habis bacanya,
Ini aku juga lagi ngeresensi buku keduanya, aku udah selesai baca lho. Tinggal ngeresensi doang, sama baca ketiga dan keempatnya besok senen.
Byeee~ Seeya di resensi berikutnya!!
4 cuap-cuap pembaca:
buku laris ya?
*tapi kok belum nemu ditemen sekitar? he... pengen yang rasa beli ^^
~ dy ~
Laris dy... XD
Mungkin karna ini terjemahan kali ya,, makanya gak santer terdengar. Aku aja baru tahu dari temenku kok,, wkwkwk.
Coba aja cari di Gramed. Ada kok,,
Kamu Surabaya kan? Di Delta aku lihat kemaren masih ada *kalo g salah*
ada link ebooknya gak? mau doong
aku lihat di goodreads itu kok ada seri kelima ya???
Post a Comment
Udah baca entry-nya Frey?
Mau ikutan cuap-cuap?
Monggo atuh... :D
Sebisa mungkin jangan pakek anonim ya teman-teman,, supaya kita knal lebih dekat. Kalo kalian nggak punya blog, bisa pakek "name/url". Kamu bisa tulis nama kamu doang, dan url page kamu (contoh, URL fb)